BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah lulus dari
sekolah menengah pertama (SMP) seorang siswa akan melanjutkan sekolahnya
ketingkat yang lebih atas yang dikenal dengan nama Sekolah Menengah Atas (SMA)
ketingkat yang lebih atas yang dikenal dengan nama Sekolah Menengah Atas (SMA)
Ditingkatan Sekolah
Menengah Atas (SMA) saat sudah naik kekelas Sebelas (XI) setiap siswa akan
dibagi kedalam dua jurusan , yakni jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut dari beberapa survey minat untuk masuk
jurusan IPA lebih tinggi dibandingkan dengan minat siswa yang ingin masuk ke
jurusan IPS, hal tersebut terjadi karena mayoritas siswa menganggap jurusan IPA
lebih tinggi derajatnya daripada jurusan IPS. Berbicara tentang kedua jurusan
memang tidak lepas akan membicarakan tentang prilaku siswa dari kedua jurusan,
dan apabila sudah berbicara perilaku mungkin kedisiplinan yang akan paling
menonjol .
Melihat dari beberapa tahun belakangan , khususunya SMA
Negeri 1 Tellusiattinge (SMANTEL) yang juga merupakan salah Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) yang ada di Indonesia memiliki tingkat
kedisiplinan yang rendah. Masih banyak perbuatan Indisipliner yang dilakukan
oleh siswanya baik itu dari jurusan IPA maupun dari jurusan IPS. Terutama pada
jurusan IPS menurut para guru yang lebih sering melakukan pelanggaran.
Melihat dari fenomena yang terjadi tersebut penulis ingin
menuangkannya kedalam sebuah penelitian yang berjudul “ Study Perbandingan
Kedisiplinan Antara Siswa Jurusan IPA Dengan Siswa Jurusan IPS”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari penelitian ini adalah:
-
Bagaimanakah
perbandingan kedisiplinan antara siswa jurusan IPA dengan siswa jurusan IPS ?
-
Apakah pergaulan
berpengaruh terhadap kedisiplinan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
-
Untuk mengetahui
bagaimanakah perbandingan kedisiplinan antara siswa jurusan IPA dengan siswa
jurusan IPS
-
Untuk mengetahui apakah
pergaulan berpengaruh terhadap kedsiplinan
D. Mamfaat Penelitian
Adapun
mamfaat dari penulisan ini adalah agar para siswa disiplin dan juga para guru
untuk mendidik para siswa dari kedua jurusan untuk pembentukan sikap disiplin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Disiplin
Disiplin
berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul
kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata
disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama,
disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada
pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan
mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Dalam
kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang
memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin.
Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang
selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang
kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat
mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat
(konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu
lembaga tertentu (organisasional-formal).
B. Disiplin di Sekolah
Membicarakan
tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku
negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada
akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex
bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang
menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri
sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah
pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering
ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran
tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan,
pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu
membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting
disiplin sekolah.
Perilaku
siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah
merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku
siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan
mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan
didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke
dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang
tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada
dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh
kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel,
terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin,
dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya.
Pendekatan peraturan demokratis dilakukan
dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu siswa memahami
mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini
menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat
diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman
dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
Sanksi adalah hukuman yang diberikan
kepada siswa atau warga sekolah lainnya yang melanggar tata tertib atau
kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah, yang secara eksplisit berbentuk
larangan-larangan. Hal ini menurut Depdiknas (2001:10), ³Sanksi yang diterapkan
agar bersifat mendidik, tidak bersifat hukuman fisik, dan tidak menimbulkan
trauma psikologis.´ Sanksi dapat diberikan secara bertahap dari yang paling
ringan sampai yang seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa:
1. Teguran lisan atau tertulis bagi
yang melakukan pelanggaran ringan terhadap ketentuan sekolah yang ringan.
2. Hukuman pemberian tugas yang
sifatnya mendidik, misalnya membuat rangkuman buku tertentu, menterjemahkan
tulisan berbahasa Inggris dan lain- lain.
3. Melaporkan secara tertulis kepada
orang tua siswa tentang pelanggaran yang dilakukan putera-puterinya.
4. Memanggil yang bersangkutan
bersama orang tuanya agar yang bersangkutan tidak mengulangi lagi pelanggaran
yang diperbuatnya.
5. Melakukan skorsing kepada siswa
apabila yang bersangkutan melakukan pelanggaran peraturan sekolah berkali-kali
dan cukup berat.
6. Mengeluarkan yang bersangkutan
dari sekolah, misalnya yang bersangkutan tersangkut perkara pidana dan perdata
yang dibuktikan oleh pengadilan.
C. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa
Reisman
dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum
merancang
disiplin siswa, yaitu :
1. Konsep diri; untuk menumbuhkan
konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan
untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka;
2. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi
yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan
dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa
dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari
perilaku yang salah;
4. Klarifikasi nilai; guru membantu
siswa dalam menjawab pertanyaannya
sendiri tentang
nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri;
5. Analisis transaksional; guru
disarankan guru belajar sebagai orang dewasa
terutama
ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah;
6. Terapi realitas; sekolah harus
berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu
bersikap positif dan bertanggung jawab; dan
7. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan
pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan;
8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh
lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan
yang kondusif;
9. Tantangan bagi disiplin; guru
diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai
keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan
mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
D. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kedisiplinan
Tingkat kedisiplina seseorang berbeda – beda dan hal yang
mempengaruhinya bermacam-macam. Salah satu faktor utam adalah pendidikan setiap
orang untuk meningkatkan kedisiplinannya harus dididik atau diajari oleh pihak
yang memiliki kewajiban untuk mendidik. Kita ambil contoh seorang guru, guru
itu bertugas untuk memberikan pendidikan pada anak didiknya, sehingga juga
berkewajiban untuk meningkatkan kedisiplinan siswanya
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan adalh
lingkungan pergaulan. Seseorang akan terpengaruhi oleh lingkungannya apbila orang itu bergaul dengan teman yang
memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, otomatis dia juga akan terpengaruh
begitu juga dengan sebaliknya apabila bergaul dengan teman yang tingkat
kedisiplinannya rendah maka dia juga kan terpengaruh.
E. Jurusan IPA dan Jurusan IPS
a) Jurusan IPA
Secara garis besar IPA (ilmu
pengetahuan alam) merupakan cabang ilmu yang mempelajari ilmu exact atau ilmu
alam. IPA terbagi atas 3 bagian yakni, Fisika, Biologi dan Kimia tapi
sebenarnya ada bagian pelajaran lain tapi ketiga itu yang lebih pokok.
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) siswa yang masuk jurusan IPA akan
mempelajari pelajaran kecuali pelajaran IPS (ilmu sosial) dan jurusan IPA lebih
mengurus untuk mengetahui pengetahuan alam.
b) Jurusan IPS
IPS (ilmu pengetahuan sosial) merupakan cabang ilmu yang mempelajari ilmu
sosial. IPS terbagi atas beberapa bagian seperti geografi, sejarah, ekonomi
dll.
Kebanyakan dari siswa lebih banyak kurang menyukai pelajaran sosial
sehingga saat pembagian jurusan banyak anak yang kurang mau masuk ke jurusan
IPS. Dan siswa yang masuk jurusan IPS apabila sudah tamat tidak bisa lagi masuk
ke jurusan IPA hanya bisa masuk ke bidang sosial berbeda dengan jurusan IPA
yang bisa masuk ke jurusan sosial.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan
Tempat Penelitian
1. Waktu : Dilaksanakan selama 3 hari mulai
tanggal 10 - 12 Mei 2011
2. Tempat : penelitian ini dilakukan dilingkungan
sekolah SMA Negeri 1 Tellusiattinge
B. Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode diskriptif ialah
sebuah metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala atau
suatu perilaku tertentu.
C. Populasi dan Sampel
Populasi
dan sampel dalam penelitian diuraikan sebagai berikut :
- Populasi
Yang
menjadi populasi dalam penelitian ialah siswa dari kedua jurusan yakni jurusan IPA dan Jurusan
IPS.
2. Sampel
Pengambilan sampel
menggunakan teknik sampel random sampling (pengambilan sampel secara acak
sederhana). Yang terdiri dari 10 siswa dari jurusan IPA dan 10 siswa dari jurusan IPS.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner atau
daftar pertanyaan yang disebarkan kepada
responden berjumlah enam belas pertanyaan ditambah beberapa pertanyaan mengenai
identitas responden.
2. Observasi
Observasi
dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan
untuk mengamati hal-hal yang bisa nanti dimasukkan kedalam penelitian.
3.
Wawancara
Metode wawancara, yaitu
penulis melakukan penyampaian pertanyaan-pertanyaan ke responden secara lisan
dengan menggunakan panduan wawancara.
D. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data
terdiri dari :
1. Persiapan
Adalah
kegiatan yang harus dilakukan dengan mempersiapkan metode di atas.
2.
Tabulasi
Adalah kegiatan
memberikan skor pada item – item yang dilakukan dengan
Data dianalisis
dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
digunakan dalam mengolah informasi yang diperoleh melalu observasi. Analisis
kuantitatif yang digunakan adalah ragam persentase yang disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian
Dari
penelitian yang dilakukan selama 3 hari dengan cara pembagian angket kepada
responden dan dilengkapi dengan dokumentasi maka diperolehlah data yang
kuantitatif. Untuk lebih mudah dalam pengumpulan data dan proses analisis data
maka hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel. Tabel ini dilengkapi
dengan frekuensi dan persentase. Selain itu, banyaknya tabel berdasarkan jumlah
pertanyaan. Oleh karena itu, ada 7 pertanyaan maka jumlah tabel
sebanyak 14.
Tabel 1
Pemahaman
tentang kedisiplinan
a) Jurusan
IPA
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
10
|
100
|
|
2
|
tidak
|
-
|
0
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
b) Jurusan
IPS
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
5
|
50
|
|
2
|
tidak
|
5
|
50
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Dilihat
dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siwa dari jurusan IPA lebih
memahami tentang kedisiplinan, terbukti dari 10 responder semuanya mengerti
tentang kedisiplinan kontras dengan Siswa dari jurusan IPS yang mengerti hanya
50%.
Tabel 2
Mendapat hukuman
dari guru
a) Jurusan
IPA
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
2
|
20
|
|
2
|
tidak
|
8
|
80
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
b) Jurusan
IPS
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
6
|
60
|
|
2
|
tidak
|
4
|
40
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Dari
kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak
yang pernah mendapatkan hukuman dari guru yaitu 60% dibandingkan siswa dari
jurusan IPA yang hanya 20 %
Tabel 3
Bolos saat mata
pelajaran berlangsung
a) Jurusan
IPA
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
-
|
0
|
|
2
|
tidak
|
10
|
100
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
b) Jurusan
IPS
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
3
|
30
|
|
2
|
tidak
|
7
|
70
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Dari
kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak
yang pernah pernah bolos saat mata pelajaran berlangsung yaitu 30% dibandingkan
siswa dari jurusan IPA yang tidak satu pun.
Tabel 4
Pengaruh
pergaulan terhadap kedisiplinan
a) Jurusan
IPA
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
8
|
80
|
|
2
|
tidak
|
2
|
20
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
b) Jurusan
IPS
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
8
|
80
|
|
2
|
tidak
|
2
|
20
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Dari
kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban
dari responden menunjukkan hasil yang. Mayoritas responder menganggap bahwa
pergaulan merupakan suatu pengaruh dalam kedisiplinan.
Tabel 5
Mengeluarkan
baju saat dilingkungan sekolah
a) Jurusan
IPA
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
2
|
20
|
|
2
|
tidak
|
8
|
80
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
b) Jurusan
IPS
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
9
|
90
|
|
2
|
tidak
|
1
|
10
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Dari
kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak
yang mengeluarkan baju saat dilingkungan sekolah yaitu 90% dibandingkan siswa
dari jurusan IPA yang hanya 20 %
Tabel 6
Datang terlambat
ke sekolah
a) Jurusan
IPA
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
4
|
40
|
|
2
|
tidak
|
6
|
60
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
b) Jurusan
IPS
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
9
|
90
|
|
2
|
tidak
|
1
|
10
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Dari
kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak
yang pernah datang terlambat datang ke sekolah guru yaitu 90% dibandingkan
siswa dari jurusan IPA yang hanya 40 %
Tabel 7
Melaksanakan
upacara bendera hari senin
a) Jurusan
IPA
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
10
|
100
|
|
2
|
tidak
|
-
|
0
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
b) Jurusan
IPS
No.
|
Jawaban Responden
|
Frekuensi
|
presentase (%)
|
|
1
|
ya
|
4
|
40
|
|
2
|
tidak
|
5
|
50
|
|
Jumlah
|
10
|
100
|
Dari
kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPA lebih sering
melakukan upacara bendera pada hari senin yaitu 100% dibandingkan siswa dari
jurusan IPS yang hanya 40 %
Secara
keseluruhan dari tabel diata dapat disimpulkan kedalam bentuk grafik berikut
ini:
a) Grafik
jurusan IPA
b)
Grafik
jurusan IPS
B. Pembahasan
Melihat hasil
grafik diatas kita dapat mengetahui bahwa perilaku kedisiplinan kedua jurusan
berbeda. Siswa yang berasal dari jurusan IPA cendrung memiliki tingkat kedisiplinan
yang lebih tinggi daripada siswa yang berasal dari jurusan IPS. Mayoritas
responden yang peneliti tanyai terutama dari jurusan IPS memiliki kecendrungan
sikap yang bisa dikategorikan dalam perbuatan Indisipliner, yang peneliti
maksud perbuatan indisipliner adalah perbuatan yang melanggar peraturan sekolah
Selain itu
pergaulan juga sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa baik dari jurusan
IPA maupun Jurusan IPS , ini berarti pergaulan yang buruk akan membawa ke hal
yang buruk, begitu juga dengan pergaulan yang baik juga akan membawa ke hal
yang baik pula
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan peniliti menarik kesimpulan
berupa:
a) Perbandingan
kedisiplinan antara siswa jurusan IPA dengan siswa jurusan IPS
Siswa
dari jurusan IPA dominan memiliki kedisiplinan yang lebih tinggi dibandingkan
siswa dari IPS. Aspek tersebut didapat dari pola tingkah laku dan sikap dari
pribadi siswa yang terkait.
b) Pengaruh
pergaulan terhadap kedisiplinan
Kedisiplinan bisa dipengaruh dari
tingkah pergaulan seseorang. Siswa yang pergaulan baik maka kedisiplinannya
juga akan tinggi, begitu juga dengan pergaulan yang buruk maka kedisiplinannya
juga rendah.
B. Saran
Dalam
rangka meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya yang mungkin bisa
dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa
sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap
empatik, menerima, hangat dan terbuka;
2. Guru terampil berkomunikasi yang
efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru disarankan dapat menunjukkan
secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya;
dan memanfaatkan akibat- akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
2 komentar:
Tehnik Questionaire bukan merupakan tekhnik yang baik bagi penelitian karena tingkat kebenarannya hanya 5%. Lebih baik apabila anda terjun langsung ke sekolah yang benar benar baik dalam kedua jurusannya dan perhatikan sendiri secara seksama, maka anda akan menemukan bahwa hasil penelitian anda diatas bernilai 'G'.
ini karya ilmiah kan seharusnya? tetapi kenapa gak ada sumber sama sekali?
contoh kecilnya "Menurut dari beberapa survey", surveinya siapa? kenapa bisa dibilang survei? emang dapat survei dari mana?
padahal ini masih di awal, belum selanjut-selanjutnya.
Posting Komentar