Sabtu, 24 Maret 2012

PENELITIAN ILMIAH REMAJA: PERBANDINGAN KEDISIPLINAN ANTARA SISWA IPA DAN IPS



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Setelah lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) seorang siswa akan melanjutkan sekolahnya
ketingkat yang lebih atas yang dikenal dengan nama Sekolah Menengah Atas (SMA)
            Ditingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) saat sudah naik kekelas Sebelas (XI) setiap siswa akan dibagi kedalam dua jurusan , yakni jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut dari beberapa survey minat untuk masuk jurusan IPA lebih tinggi dibandingkan dengan minat siswa yang ingin masuk ke jurusan IPS, hal tersebut terjadi karena mayoritas siswa menganggap jurusan IPA lebih tinggi derajatnya daripada jurusan IPS. Berbicara tentang kedua jurusan memang tidak lepas akan membicarakan tentang prilaku siswa dari kedua jurusan, dan apabila sudah berbicara perilaku mungkin kedisiplinan yang akan paling menonjol .
            Melihat dari beberapa tahun belakangan , khususunya SMA Negeri 1 Tellusiattinge (SMANTEL) yang juga merupakan salah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang ada di Indonesia memiliki tingkat kedisiplinan yang rendah. Masih banyak perbuatan Indisipliner yang dilakukan oleh siswanya baik itu dari jurusan IPA maupun dari jurusan IPS. Terutama pada jurusan IPS menurut para guru yang lebih sering melakukan pelanggaran.
            Melihat dari fenomena yang terjadi tersebut penulis ingin menuangkannya kedalam sebuah penelitian yang berjudul “ Study Perbandingan Kedisiplinan Antara Siswa Jurusan IPA Dengan Siswa Jurusan IPS”. 
     
B. Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
-          Bagaimanakah perbandingan kedisiplinan antara siswa jurusan IPA dengan siswa jurusan IPS ?
-          Apakah pergaulan berpengaruh terhadap kedisiplinan ?
C. Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
-          Untuk mengetahui bagaimanakah perbandingan kedisiplinan antara siswa jurusan IPA dengan siswa jurusan IPS
-          Untuk mengetahui  apakah pergaulan berpengaruh terhadap kedsiplinan
D. Mamfaat Penelitian
Adapun mamfaat dari penulisan ini adalah agar para siswa disiplin dan juga para guru untuk mendidik para siswa dari kedua jurusan untuk pembentukan sikap disiplin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
   Dalam kehidupan sering kita dengar orang mengatakan bahwa si X adalah orang yang memiliki disiplin yang tinggi, sedangkan si Y orang yang kurang disiplin. Sebutan orang yang memiliki disiplin tinggi biasanya tertuju kepada orang yang selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan, berperilaku sesuai dengan norma- norma yang berlaku, dan sejenisnya. Sebaliknya, sebutan orang yang kurang disiplin biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak dapat mentaati peraturan dan ketentuan berlaku, baik yang bersumber dari masyarakat (konvensi-informal), pemerintah atau peraturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu (organisasional-formal).
B. Disiplin di Sekolah
Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
Pendekatan peraturan demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu siswa memahami mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.
Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada siswa atau warga sekolah lainnya yang melanggar tata tertib atau kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah, yang secara eksplisit berbentuk larangan-larangan. Hal ini menurut Depdiknas (2001:10), ³Sanksi yang diterapkan agar bersifat mendidik, tidak bersifat hukuman fisik, dan tidak menimbulkan trauma psikologis.´ Sanksi dapat diberikan secara bertahap dari yang paling ringan sampai yang seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa:
1. Teguran lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran ringan terhadap ketentuan sekolah yang ringan.
2. Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuat rangkuman buku tertentu, menterjemahkan tulisan berbahasa Inggris dan lain- lain.
3. Melaporkan secara tertulis kepada orang tua siswa tentang pelanggaran yang dilakukan putera-puterinya.
4. Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang bersangkutan tidak mengulangi lagi pelanggaran yang diperbuatnya.
5. Melakukan skorsing kepada siswa apabila yang bersangkutan melakukan pelanggaran peraturan sekolah berkali-kali dan cukup berat.
6. Mengeluarkan yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang bersangkutan tersangkut perkara pidana dan perdata yang dibuktikan oleh pengadilan.

C. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum
merancang disiplin siswa, yaitu :
1. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka;
2. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
4. Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya
    sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri;
5. Analisis transaksional; guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa
terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah;
6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan
7. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan;
8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif;
9. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
D. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kedisiplinan
       Tingkat kedisiplina seseorang berbeda – beda dan hal yang mempengaruhinya bermacam-macam. Salah satu faktor utam adalah pendidikan setiap orang untuk meningkatkan kedisiplinannya harus dididik atau diajari oleh pihak yang memiliki kewajiban untuk mendidik. Kita ambil contoh seorang guru, guru itu bertugas untuk memberikan pendidikan pada anak didiknya, sehingga juga berkewajiban untuk meningkatkan kedisiplinan siswanya
       Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan adalh lingkungan pergaulan. Seseorang akan terpengaruhi oleh lingkungannya  apbila orang itu bergaul dengan teman yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, otomatis dia juga akan terpengaruh begitu juga dengan sebaliknya apabila bergaul dengan teman yang tingkat kedisiplinannya rendah maka dia juga kan terpengaruh. 
E. Jurusan IPA dan Jurusan IPS
     a) Jurusan IPA
Secara garis besar IPA (ilmu pengetahuan alam) merupakan cabang ilmu yang mempelajari ilmu exact atau ilmu alam. IPA terbagi atas 3 bagian yakni, Fisika, Biologi dan Kimia tapi sebenarnya ada bagian pelajaran lain tapi ketiga itu yang lebih pokok.
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) siswa yang masuk jurusan IPA akan mempelajari pelajaran kecuali pelajaran IPS (ilmu sosial) dan jurusan IPA lebih mengurus untuk mengetahui pengetahuan alam.
b) Jurusan IPS
IPS (ilmu pengetahuan sosial) merupakan cabang ilmu yang mempelajari ilmu sosial. IPS terbagi atas beberapa bagian seperti geografi, sejarah, ekonomi dll.
Kebanyakan dari siswa lebih banyak kurang menyukai pelajaran sosial sehingga saat pembagian jurusan banyak anak yang kurang mau masuk ke jurusan IPS. Dan siswa yang masuk jurusan IPS apabila sudah tamat tidak bisa lagi masuk ke jurusan IPA hanya bisa masuk ke bidang sosial berbeda dengan jurusan IPA yang bisa masuk ke jurusan sosial.



BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
      1.  Waktu : Dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 10  - 12 Mei 2011
      2.  Tempat : penelitian ini dilakukan dilingkungan sekolah SMA Negeri 1 Tellusiattinge
B.  Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode diskriptif ialah sebuah metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala atau suatu perilaku tertentu.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian diuraikan sebagai berikut :
  1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ialah siswa dari kedua jurusan yakni jurusan IPA dan Jurusan IPS.
2. Sampel
          Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana). Yang terdiri dari 10 siswa dari jurusan IPA dan 10 siswa dari jurusan IPS.     
D. Teknik Pengumpulan Data
      1. Kuesioner
                Kuesioner atau daftar pertanyaan  yang disebarkan kepada responden berjumlah enam belas pertanyaan ditambah beberapa pertanyaan mengenai identitas responden.
      2. Observasi
    Observasi dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk mengamati hal-hal yang bisa nanti dimasukkan kedalam penelitian.
3. Wawancara
          Metode wawancara, yaitu penulis melakukan penyampaian pertanyaan-pertanyaan ke responden secara lisan dengan menggunakan panduan wawancara.       
D. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data terdiri dari :
1.      Persiapan
Adalah kegiatan yang harus dilakukan dengan mempersiapkan metode di atas.
2.      Tabulasi
Adalah kegiatan memberikan skor pada item – item yang dilakukan dengan
Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam mengolah informasi yang diperoleh melalu observasi. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah ragam persentase yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan selama 3 hari dengan cara pembagian angket kepada responden dan dilengkapi dengan dokumentasi maka diperolehlah data yang kuantitatif. Untuk lebih mudah dalam pengumpulan data dan proses analisis data maka hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel. Tabel ini dilengkapi dengan frekuensi dan persentase. Selain itu, banyaknya tabel berdasarkan jumlah pertanyaan. Oleh karena itu, ada 7 pertanyaan maka jumlah  tabel sebanyak 14.
Tabel 1
Pemahaman tentang kedisiplinan
a)      Jurusan IPA
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
10
100

2
tidak
-
0

Jumlah
10
100


b)      Jurusan IPS
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
5
50

2
tidak
5
50

Jumlah
10
100

           
     Dilihat dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siwa dari jurusan IPA lebih memahami tentang kedisiplinan, terbukti dari 10 responder semuanya mengerti tentang kedisiplinan kontras dengan Siswa dari jurusan IPS yang mengerti hanya 50%.

Tabel 2
Mendapat hukuman dari guru
a)      Jurusan IPA
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
2
20

2
tidak
8
80

Jumlah
10
100


b)      Jurusan IPS
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
6
60

2
tidak
4
40

Jumlah
10
100


     Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak yang pernah mendapatkan hukuman dari guru yaitu 60% dibandingkan siswa dari jurusan IPA yang hanya 20 %

Tabel 3
Bolos saat mata pelajaran berlangsung

a)      Jurusan IPA
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
-
0

2
tidak
10
100

Jumlah
10
100


b)      Jurusan IPS
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
3
30

2
tidak
7
70

Jumlah
10
100


     Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak yang pernah pernah bolos saat mata pelajaran berlangsung yaitu 30% dibandingkan siswa dari jurusan IPA yang tidak satu pun.
Tabel 4
Pengaruh pergaulan terhadap kedisiplinan
a)      Jurusan IPA
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
8
80

2
tidak
2
20

Jumlah
10
100


b)      Jurusan IPS
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
8
80

2
tidak
2
20

Jumlah
10
100


     Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban dari responden menunjukkan hasil yang. Mayoritas responder menganggap bahwa pergaulan merupakan suatu pengaruh dalam kedisiplinan.


Tabel 5
Mengeluarkan baju saat dilingkungan sekolah

a)      Jurusan IPA
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
2
20

2
tidak
8
80

Jumlah
10
100


b)      Jurusan IPS
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
9
90

2
tidak
1
10

Jumlah
10
100


     Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak yang mengeluarkan baju saat dilingkungan sekolah yaitu 90% dibandingkan siswa dari jurusan IPA yang hanya 20 %

Tabel 6
Datang terlambat ke sekolah


a)      Jurusan IPA
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
4
40

2
tidak
6
60

Jumlah
10
100


b)      Jurusan IPS
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
9
90

2
tidak
1
10

Jumlah
10
100


     Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPS lebih banyak yang pernah datang terlambat datang ke sekolah guru yaitu 90% dibandingkan siswa dari jurusan IPA yang hanya 40 %

Tabel 7
Melaksanakan upacara bendera hari senin
a)      Jurusan IPA
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
10
100

2
tidak
-
0

Jumlah
10
100


b)      Jurusan IPS
No.
Jawaban Responden
Frekuensi
presentase (%)


1
ya
4
40

2
tidak
5
50

Jumlah
10
100


     Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa siswa dari jurusan IPA lebih sering melakukan upacara bendera pada hari senin yaitu 100% dibandingkan siswa dari jurusan IPS yang hanya 40 %

            Secara keseluruhan dari tabel diata dapat disimpulkan kedalam bentuk grafik berikut ini:
a)      Grafik jurusan IPA
b)      Grafik jurusan IPS
                                                                                                               
B. Pembahasan
       Melihat hasil grafik diatas kita dapat mengetahui bahwa perilaku kedisiplinan kedua jurusan berbeda. Siswa yang berasal dari jurusan IPA cendrung memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi daripada siswa yang berasal dari jurusan IPS. Mayoritas responden yang peneliti tanyai terutama dari jurusan IPS memiliki kecendrungan sikap yang bisa dikategorikan dalam perbuatan Indisipliner, yang peneliti maksud perbuatan indisipliner adalah perbuatan yang melanggar peraturan sekolah
       Selain itu pergaulan juga sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa baik dari jurusan IPA maupun Jurusan IPS , ini berarti pergaulan yang buruk akan membawa ke hal yang buruk, begitu juga dengan pergaulan yang baik juga akan membawa ke hal yang baik pula


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan peniliti menarik kesimpulan berupa:
a)      Perbandingan kedisiplinan antara siswa jurusan IPA dengan siswa jurusan IPS
Siswa dari jurusan IPA dominan memiliki kedisiplinan yang lebih tinggi dibandingkan siswa dari IPS. Aspek tersebut didapat dari pola tingkah laku dan sikap dari pribadi siswa yang terkait.
b)      Pengaruh pergaulan terhadap kedisiplinan
Kedisiplinan bisa dipengaruh dari tingkah pergaulan seseorang. Siswa yang pergaulan baik maka kedisiplinannya juga akan tinggi, begitu juga dengan pergaulan yang buruk maka kedisiplinannya juga rendah.
B. Saran        
      Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1. Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka;
2. Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat- akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;









Artikel Terkait:

2 komentar:

cetraya@yahoo.com mengatakan... Reply

Tehnik Questionaire bukan merupakan tekhnik yang baik bagi penelitian karena tingkat kebenarannya hanya 5%. Lebih baik apabila anda terjun langsung ke sekolah yang benar benar baik dalam kedua jurusannya dan perhatikan sendiri secara seksama, maka anda akan menemukan bahwa hasil penelitian anda diatas bernilai 'G'.

JIM on 20 September 2015 pukul 23.45 mengatakan... Reply

ini karya ilmiah kan seharusnya? tetapi kenapa gak ada sumber sama sekali?
contoh kecilnya "Menurut dari beberapa survey", surveinya siapa? kenapa bisa dibilang survei? emang dapat survei dari mana?
padahal ini masih di awal, belum selanjut-selanjutnya.

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Follow By Twitter

 

NRT LPU. Copyright 2012 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com